TIAP PAGI SELALU BARU
Kalau Anda tanya apakah saya senang tinggal di apartemen, jawabnya adalah ya. Mengapa? Oleh karena tiap pagi saya menghirup keharuman baru. Apa yang harum? Parfum tetangga! Soalnya, pintu tetangga depan dan tetangga sebelah hanya terpisah beberapa meter dari pintu kami. Nah, ini yang seru. Kedua tetangga kami adalah wanita kantoran. Pakaiannya keren. Hak sepatunya tinggi. Lalu, parfumnya bukan main wangi.
Tiap pagi pukul 6.00 tetangga sebelah berangkat ke kantornya di Menteng. Begitu ia membuka pintu, lorong apartemen kami langsung semerbak wangi. Sedap! Selama hampir 10 sampai 20 menit lorong kami tetap harum. Kemudian pukul 6.30 pagi tetangga depan membuka pintunya
Kantornya ada di Jalan Sudirman. Wah, yang ini lebih wangi lagi. Parfumnya mewangi ke kanan dan kiri.
Itu terjadi tiap pagi. Tiap pagi kedua tetangga itu mengharumi apartemen kami. Yang hebat, jenis parfumnya berganti tiap pagi Keharumannya berbeda-beda. Namun, semuanya berkelas. Tiap pagi selalu baru. Tiap pagi kami merasakan pengharuman yang baru.
Jika pada suatu hari mobil saya masuk ke bengkel, itulah kesempatan ikut mobil mereka ke STT atau ke Gunung Mulia. Lalu lintas macet malah menyenangkan sebab sepanjang jalan saya asyik menikmati harumnya parfum.
Sebetulnya, tiap orang pun tiap pagi menikmati sesuatu yang baru. Mungkin orang kurang memperhatikannya atau kurang menghargainya. Sebetulnya, tiap pagi ada yang baru. Udara segar yang baru. Warna langit di timur yang baru. Pucuk daun yang baru. Rasa segelas kopi atau secangkir teh yang baru. Semangkuk mi rebus yang baru. Sepotong roti yang baru. Senyuman yang baru. Entahlah. Pokoknya, kalau perasaan kita jeli tiap pagi kita akan mengagumi dan mensyukuri sesuatu yang baru.
Lagu "Great Is Thy Faithfulness" menunjukkan sesuatu yang tiap pagi selalu baru. Refreinnya menekankan, "Morning by morning new mercies I see." Terjemahan harfiahnya, "Pagi berganti pagi rahmat baru kulihat." Bisa juga berarti, "Pagi berganti pagi kebaikan baru kuterima." Atau, "Pagi berganti pagi pertolongan baru kudapat." Lirik itu ditulis oleh Thomas Chisholm (1866-1960), guru dan wartawan asal Kentucky, AS. Ini bait pertamanya:
Great is Thy faithfulness, O God my father, There is no shadow of turning with Thee Thou changest not, Thy compassions, they fail not, As Thou hast been, Thou forever wilt be.
Ref.: Great is Thy faithfulness! Great is Thy faithfulness! Morning by morning new mercies I see; All I have needed Thy hand hath provided; Great is Thy faithfulness, Lord, unto me!
Di PKJ 138 dan NKB 34 tertulis: Setia-Mu, Tuhanku, tiada bertara, di kala suka, di saat gelap. Kasih-Mu, Allahku, tidak berubah, Kaulah Pelindung abadi, tetap.
Ref.: Setia-Mu, mengharu hatiku, setiap pagi bertambah jelas. Yang kuperlukan tetap Kauberikan sehingga aku pun puas lelas Lagu itu lahir berdasarkan Ratapan 3:22-23 yang berbunyi: tak berkesudahan kasih setia Tuhan, besar kesetiaan-Mu! tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi;
Supaya jelas, buku Ratapan bukan meratapi orang-orang yang dibuang ke Babel, melainkan meratapi orang-orang yang tidak ikut dibuang ke Babel. Orang yang dibawa ke Babel adalah para teknisi yang terampil, cendekiawan, dan tenaga ahli yang akan dimanfaatkan oleh pemerintah Babel. Mereka tidak tersiksa. Segala kebutuhan mereka dicukupi.
Yang justru menderita adalah orang-orang yang ditinggalkan di Yerusalem. Mereka adalah para janda perang, anak-anak, lansia, dan orang-orang yang kepandaiannya tidak dibutuhkan oleh Babel. Mereka ditinggal di Yerusalem yang sudah porak-poranda akibat serbuan tentara Nebukadnezar dari Babel (meliputi Turki, Irak, Iran, Suriah kini) pada tahun 587 SM. Mereka tidak punya tempat tinggal. Mereka tidak punya pekerjaan. Mereka tidak punya makanan. Ladang hancur. Tempat pertukangan dibakar. Sumur dijejali jenazah. Rumah dijarah. Perempuan diperkosa (lih. "Meratap, tetapi Tetap Berharap" di Selamat Berteman).
Lalu tiga atau empat orang penyair anonim yang menjadi saksi mata penghancuran itu menulis Kitab Ratapan. Kitab ini mengacu ke Kitab Yeremia, namun Nabi Yeremia tidak ikut menulis kitab ini.
Para penulis Kitab Ratapan berterus terang menuangkan emosi kecewa, sakit hati, geram, rasa bersalah, putus asa, sesal, frustrasi, sedih, marah, dan sebagainya. Dalam keadaan yang betul-betul terpuruk itu mereka memanfaatkan apa yang tersisa untuk bertahan hidup, menyambung nyawa, mendirikan tempat tinggal, dan mengais ladang. Lalu para pengarang Kitab Ratapan ini bersaksi, "Kasih setia TUHAN rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi!" Tiap pagi ada harapan baru. Tiap pagi ada celah baru. Tiap pagi ada semangat baru. Tiap pagi selalu baru!
Tiap pagi kita bangun. Artinya, tiap pagi ada hari yang baru. Tiap pagi ada kesempatan baru. Tiap pagi ada kemungkinan baru. Tiap pagi ada kesegaran baru.
Entah apa kesegaran baru yang Anda temukan tiap pagi. Kalau saya, ya tadi itulah, Kesegaran baru tiap pagi adalah wanginya parfum tetangga yang cantik-cantik itu. Mungkin Anda heran. Mengapa Pak Andar begitu gandrung ngomongin parfum? Apakah Pak Andar suka pakai parfum?
Memang. Kami berdua di rumah sering pakai parfum. Hanya saja, cara pakainya berbeda. Tetangga pakainya dioles, kami digosok. Mereknya juga beda. Tetangga pakai merek Bucheron, Chanel, atau Gucci. Padahal kami pakai merek Cap Tawon, Cap Macan, atau Cap Lang.