YESUS, SEORANG TUKANG
Tukang apa? Tukang kayu, demikian jawab
kita. Memang itulah yang ditulis di Markus 6:1-6. Tetapi, sayang jawaban itu
kurang tepat. Pengarang Injil Markus sebenarnya menggunakan istilah tekton
(dari kata ini kemudian muncul kata arsitek). Seorang tekton pada zaman Yesus
di Israel adalah perajin atau tukang yang terampil membuat rupa-rupa barang
dari bahan kayu, logam, atau batu.
Memang boleh saja kita menyebut Yesus
tukang kayu, namun hendaknya diingat bahwa pekerjaan Yesus bukanlah seperti
tukang kayu yang kita ketahui sekarang. Pekerjaan dan peralatan tukang kayu
pada zaman itu sangat berbeda dari apa yang ada sekarang. Lagi pula sebagai
seorang tekton, Yesus bukan hanya membuat barang dari kayu, melainkan juga dari
besi dan mungkin juga dari batu. Beberapa sejarawan
umum yang hidup tidak lama sesudah zaman Yesus mencatat hal itu. Yustinus
menulis, "Pekerjaan yang la lakukan... adalah membuat bajak dan kuk."
Hilarius mencatat,"__ yang dibuat-Nya adalah rupa-rupa perkakas dari
besi." Jadi, agaknya dari masa remaja sampai usia sekitar 30 tahun Yesus
membuat dan memperbaiki barang-barang seperti pintu, jendela, kursi, meja,
dipan, gerobak, bajak, cangkul, dan sebagainya.
Apa hubungan hal itu dengan iman kita
sekarang? Baiklah kita periksa dulu catatan Alkitab. Yang memuat cerita ini
hanya Markus dan Matius. Lagi pula yang dimuat kedua penginjil itu sebenarnya
bukan pernyataan mereka sendiri, melainkan pernyataan yang diucapkan oleh
penduduk kota Nazaret. Kedua catatan itu juga berbeda. Markus, penduduk Nazaret
berkata, "Bukankah la ini tukang kayu....?" (Mrk. 6:3). Sedangkan
menurut Matius, mereka berkata, "Bukankah la ini anak tukang kayu?"
(Mat. 13:55).
Persamaan antara kedua ucapan itu adalah
bahwa kedua-duanya bernada merendahkan. Penduduk Nazaret merasa kurang pantas
bahwa seorang tukang kayu (atau anak seorang tukang kayu) mengajar di sinagoge.
Perhatikan bahwa orang-orang itu
sebetulnya terkesan akan ajaran Yesus. Dalam Markus 6:2 tertulis, "...
jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia." Mereka juga mengakui bahwa
ajaran Yesus benar dan bijak sehingga mereka bertanya, "Hikmat apa pulakah
...?" (ay.2). Akan tetapi, mereka kurang bisa menerima bahwa ajaran itu
disampaikan oleh seorang tukang kayu dari kota mereka sendiri. Akibatnya
menurut ayat 3 mereka "kecewa dan menolak Dia".
Mungkin bukan hanya para penduduk Nazaret
itu saja yang berpikir demikian. Orang-orang lain pun mungkin akan sulit
menerima Yesus sebagai Mesias jika mereka mengetahui bahwa Yesus dulunya
hanyalah seorang tukang kayu biasa.
Barangkali itu sebabnya Matius menambah
kata "anak" untuk memperhalus ucapan penduduk Nazaret menjadi,
"Bukankah la ini anak tukang kayu?" Barangkali itu pula sebabnya Lukas dan Yohanes sama sekali tidak
mencantumkan cerita ini. Di seluruh Kitab Injil hanya dari Markus inilah kita
mendapat informasi bahwa Yesus adalah seorang tukang kayu. Pengarang
kitab-kitab Injil lain mungkin agak khawatir bahwa para pembaca akan menjadi
ragu-ragu untuk menerima Yesus sebagai Mesias kalau dibeberkan kenyataan bahwa
Yesus dulunya seorang tukang kayu. Mungkin itu pula sebabnya semua pengarang
Injil tidak bercerita apa-apa tentang masa usia Yesus antara 12 sampai 30
tahun.
Memang pekerjaan
seorang tukang kayu terlalu jauh dari jabatan Mesias. Karena itu, ada orang
yang sulit menerima kenyataan bahwa Mesias dulunya adalah seorang tukang kayu.
Untunglah, Markus mempunyai kejujuran untuk mengungkapkan fakta ini. Pada waktu
Markus menyusun Injil ini, yaitu sekitar 35 tahun setelah kenaikan Tuhan Yesus,
agaknya tradisi pemberitaan gereja sangat berwarna mesianis. Artinya,
yang dikenang hanyalah keilahian Yesus, sedangkan keinsanian-Nya ditutupi.
Lalu, di sini Markus tampil secara unik dengan pemberitaan yang tidak berwarna
mesianis. Markus tidak malu mengenang Yesus sebagai manusia biasa yang bekerja
sebagai seorang tekton.
Catatan Markus yang tampak sepele ini
telah menjadi warisan iman kepada gereja sepanjang abad. Warisan yang kita
imani itu memang agak misterius. Yesus adalah Mesias, tetapi mengapa la hidup
dan bekerja sebagai seorang tukang kayu? Namun, misteri mesianis ini justru
memperjelas iman kita kepada Allah yang kita kenal melalui Yesus. Allah adalah
Allah yang dengan sadar dan sengaja memilih pekerjaan tukang kayu, ketika la
datang ke dunia. Allah tidak merasa hina untuk hidup dan bekerja sebagai seorang
tukang. Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita, yang kini duduk di sebelah
kanan Allah Bapa, dulunya adalah seorang tukang.