MULTI TUJUAN KITAB RUT
Peristiwa yang diceritakan dalam Kitab Rut terjadi sekitar abad ke-12 SM. Penulisannya baru dilakukan sekitar abad ke-10 SM, bahkan mungkin baru ditulis pada abad ke-4 SM. Siapa tokoh utama Kitab Rut?
Tokoh pertama, Naomi. Namanya berarti 'kesukaanku'. la dan suaminya bekerja sebagai peladang di Betlehem. Ketika terjadi kelaparan akibat kerusuhan berkepanjangan, ia dan suaminya serta dua putra remaja bermigrasi ke negeri tetangga, yaitu Moab.
Tokoh kedua, Rut. Namanya mungkin singkatan dari re'ut yang berarti 'teman perempuan'. Berkebangsaan dan beragama Moab. Menjadi menantu Naomi.
Tokoh ketiga, Boas. Lajang, setengah usia. Tuan tanah yang kaya di Betlehem. Terkenal karena bersikap peduli pada para karyawan yang menggarap tanahnya.
Jalan ceritanya begini. Baru saja setahun Naomi tinggal di negeri asing, suaminya meninggal. Naomi menjadi pencari nafkah. Kemudian kedua putranya menikah dengan perempuan lokal. Akan tetapi, tak lama setelah itu kedua putranya juga meninggal dunia. Tinggallah Naomi di negeri asing tanpa apa-apa dan tanpa siapa-siapa, kecuali kedua menantu perempuannya.
Setelah sepuluh tahun di negeri asing Naomi mempertimbangkan untuk pulang ke tanah air. Lalu berpamitanlah ia kepada kedua menantunya, "Kalian pulang saja ke rumah ibumu. Semoga TUHAN baik terhadap kalian seperti kalian pun baik terhadap saya dan terhadap mereka yang telah meninggal itu. Semoga TUHAN berkenan memberikan jodoh kepada kalian supaya kalian berumah tangga lac (Rut. 1:8-9, semua kutipan di bab ini diambil dari Alkitab BIMK/ Bahasa Indonesia Masa Kini).
Namun, kedua menantunya serempak terisak-isak, "Tidak, Bu Kami ikut bersama Ibu pergi kepada bangsa Ibu." (1:10). Naomi menjawab, "Jangan, Nak!... untuk apa kalian ikut dengan saya?" (1:11)
Akhirnya, seorang menantu mau berpisah, sedangkan menantu yang bernama Rut terus memeluki Naomi sambil menangis. Katanya, "Ibu, janganlah Ibu menyuruh saya pulang dan meninggalkan Ibu! Saya mau ikut bersama Ibu. Ke mana pun Ibu pergi, ke situlah saya pergi. Di mana pun Ibu tinggal di situ juga saya mau tinggal. Bangsa Ibu, itu bangsa saya. Allah yang Ibu sembah, akan saya sembah juga. Di mana pun Ibu meninggal, di situ juga saya mau meninggal dan dikuburkan" (1:16-17).
Luar biasa! Jarang ada menantu yang begitu berkomitmen kepada mertuanya, Jarang pula ada pengarang yang begitu sampai merumuskan komitmen yang kuat dalam susunan kalimat berbentuk paralelismus sinonimus, yaitu: Kemana Ibu pergi ke situ saya pergi; Di mana Ibu tinggal di situ saya tinggal; Bangsa Ibu-bangsa saya; Allah yang Ibu sembah - saya sembah; di mana Ibu meninggal-di situ saya meninggal dan dikuburkan.
Cerita bergulir. Naomi dan Rut tiba di Betlehem. Setelah sepuluh tahun tidak melihat Naomi, para tetangga terheran-heran, "Betulkah dia itu Naomi?" (1:19). Mereka tidak mengenali Naomi karena ia sudah berubah menjadi tua dan melarat.
Berkatalah Naomi kepada tetangganya, "Janganlah panggil saya Naomi ... panggillah saja Mara... ketika saya pergi dari sini saya berkecukupan, tetapi sekarang TUHAN membawa saya kembali dengan tangan kosong..." (1:20-21a).
Tibalah musim panen. Sesuai dengan Taurat, pemilik ladang memperbolehkan orang miskin memungut tangkai-tangkai bulir tuaian yang tercecer. Rut berprakarsa memanfaatkan kesempatan ini. Katanya, "Ibu, saya permisi mau ke ladang untuk memungut gandum yang mungkin terjatuh dari tangan para penuai ..." (2:2).
Tanpa mengetahui siapa pemilik ladang, Rut pun mulai memunguti tangkai-tangkai bulir yang tercecer. Ternyata pemilik ladang ini ramah. Rut disuruh ikut makan siang dengan para buruh tani. Malam itu ia pulang membawa sisa makan siang dan gandum untuk mer tuanya. la bercerita bahwa pemilik ladang itu murah hati. Namanya Boas.
Mendengar nama itu, mertuanya terkejut kegirangan, "Nak, orang itu keluarga dekat kita sendiri!" (2:20).
Sesudah masa panen selesai tibalah masa pengirikan. Pemilik ladang dan semua buruhnya mengirik gandum dengan menginjak nginjak dan menebah tangkai tuaian supaya bulir-bulirnya terlepas. Mereka bekerja sepanjang hari dan malamnya tidur di ladang.
Naomi mengatur strategi. Sore itu berkatalah ia kepada menan tunya, "Mandilah sekarang, pakailah wangi-wangian, dan kenakanlah pakaianmu yang paling bagus" (3:3a).
Ketiga instruksi itu langsung dilaksanakan. Sesudah itu, Naomi memberi petunjuk, "Pergilah ke tempat di mana Boas sedang bekerja ...Tunggulah di situ sampai ia selesai makan dan minum, tetapi jangan sampai ia tahu kau berada di sana. Perhatikanlah di mana ia pergi tidur. Kalau ia sudah tertidur, pergilah ke situ dan bukalah selimutnya, lalu berbaringlah dekat kakinya" (3:3-4).
Rut menurut. Ia menyelinap ke ladang dan dari jauh mengintai di manakah Boas akan tidur. Ah, di situ, di belakang timbunan gandum.
Tak lama kemudian. "Dengan diam-diam Rut datang dan membuka selimut Boas, kemudian berbaring dekat kakinya" (3:7b).
Malam itu suasana di ladang sunyi. "Tengah malam tiba-tiba Boas terbangun" (3:8). Terkejut dia tak kepalang tanggung melihat perempuan ayu kemayu tersenyum sipu-sipu berbaring di dekatnya (keterangan "ayu kemayu tersenyum sipu-sipu" bukan dari Alkitab, melainkan dari pengalaman saya sebab teman dan kenalan saya yang bernama Rut, semua ayu dan semua murah senyum!).
Maka, tergagaplah Boas, "Siapa engkau?" (3:9). Lalu ..., apa yang terjadi?
Sorry, cerita dipersingkat... "Maka Boas pun mengambil Rut menjadi istrinya" (4:13). Happy end! Sang pangeran pun mencium sang putri lalu keduanya hidup berbahagia sampai selama-lamanya!
Lho? Jadi, apakah sebetulnya tujuan Kitab Rut? Banyak! Sebagai materi Pendidikan Agama Yahudi Orang Dewasa, Kitab Rut ditulis dan digunakan dengan multitujuan.
Pertama, Kitab Rut bertujuan menumbuhkan rasa cinta tanah air, khususnya kepada para perantau yang berdiaspora. Kitab ini mengajak mereka pulang ke tanah air. Pada zaman diaspora pembuangan Babel sesudah abad ke-4 dan ke-3 SM, dan pada zaman diaspora kehancuran Bait Allah sesudah tahun 70, banyak cendekiawan dan hartawan Yahudi bermigrasi ke luar negeri. Ini tentu merugikan negara. Naomi justru merupakan teladan perantau yang berepatriasi dan Rut adalah teladan orang asing yang malah mau ke Israel dan turut membangun Israel.
Kedua, Kitab Rut bertujuan menyosialisasikan aturan Taurat ten tang penjualan tanah milik keluarga dan penebusannya. Juga, atauran Taurat tentang pernikahan janda. Boas dinilai sebagai teladan yang menjalankan tanggung jawabnya sebagai seorang penebus peraturan itu.
Ketiga, Kitab Rut bertujuan menanamkan jiwa khesed (artinya kesetiaan', 'konsistensi', dan 'komitmen'). Rut dan Naomi ditampilkan sebagai teladan perbuatan khesed. Itu teologi khesed yang dikembangkan di Perjanjian Lama (lih. "Asal Usul Kasih Setia" di Selamat Bercinta).
Keempat, Kitab Rut bertujuan menumbuhkan kepribadian yang berkarakter. Ketiga tokoh utama adalah teladan karakter matang. Naomi berkaraktek pragmatis. Rut berkarakter penuh komitmen. Boas berkarakter altruis. Ketiga orang itu berkarakter gesit, rela capek, mau kerja keras, cakap serta arif dalam berpikir, bertindak, dan berelasi.
Kelima, Kitab Rut bertujuan mempertebal jiwa kekerabatan. Ketiga tokoh utama diperlihatkan sebagai teladan yang beriktikad baik memelihara kohesi kerabat.
Keenam, agaknya Kitab Rut dipakai oleh kelompok kecil yang progresif untuk menaikkan martabat perempuan. Kitab ini menilai Rut sebagai "lebih daripada ... tujuh orang anak laki-laki" (4:15). Pada zaman sekarang kalimat itu biasa-biasa saja, namun pada zaman itu yang masih diskriminatif terhadap perempuan, penulis Kitab Rut itu sungguh liberal.
Ketujuh, Kitab Rut agaknya dipakai dengan tujuan melawan Ezra dan Nehemia yang melarang orang Israel menikah dengan bangsa asing. Pemeran utama pria kitab ini malah menikah dengan pemeran utama perempuan yang berlainan bangsa.
Kedelapan, Kitab Rut bertujuan menerangkan silsilah Raja Daud, raja teragung yang sampai hari ini dihormati sebagai founding father negara Israel. Kitab ini menjelaskan bahwa Daud adalah keturunan asing karena merupakan cicit dari
Rut yang adalah bangsa asing. Kitab Rut tidak malu mengakui bahwa raja teragung mereka adalah orang Israel keturunan asing. Garis genealogi seperti itu menopang kebe naran dalil antropologi dan etnologi bahwa tidak ada bangsa, ras, atau etnik yang masih bisa disebut pribumi, asli, atau murni. Kesembilan, Kitab Rut bertujuan memperkenalkan teologi kearifan.Berbeda dengan teologi sebelum Salomo yang menggambarkan kehendak Allah melalui peristiwa spektakuler seperti laut terbelah atau halilintar, Kitab Rut (seperti juga kitab-kitab Sastra Kearifan, yaitu Amsal, Pengkhotbah, dan Ayub) menggambarkan kehendak Allate melalui kearifan sehari-hari manusia biasa, yaitu kearifan mertua, menantu, majikan, dan lainnya.
Kesepuluh, Kitab Rut bertujuan memperlihatkan sebuah episode kecil yang dipakai oleh Allah untuk sebuah skenario besar. Skenario besar itu adalah sejarah dunia. Dari pernikahan Rut dan Boas ini kemudian hari lahirlah Yusuf yang menikah dengan Maria "yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus" (Mat. 1:16). Jeli melihat tempat sebuah episode kecil dalam wadah skenario besar seperti itu adalah cara untuk memahami cerita Alkitab (lih. "Abigail" di Selamat Berteman).