KATOLIK DAN PROTESTAN, SAMA ATAU BEDA?
Orang Katolik nyembah patung. Orang Katolik minta peng ampunan dosa bukan kepada Kristus, melainkan kepada Romo. Alkitab Katolik beda!"
"Uang persembahan di Gereja Protestan langsung dibawa pulang oleh istri pendeta dan masuk dompetnya. Orang Protestan tidak menghargai Bunda Maria. Orang Protestan tidak percaya adanya orang-orang kudus."
Itu sekelumit kekurangtahuan yang ada di antara orang Katolik dan Protestan. Kekurangtahuan itu tampak sepele. Akan tetapi, ia bisa berbahaya, sebab bisa berkembang menjadi prasangka. Lalu prasangka bisa berkembang menjadi sikap menganggap pihak kita benar sedangkan pihak lain salah.
Mengenal gereja lain memang tidak sederhana. Kalau orang Katolik ingin mengenal gereja Protestan, kesulitan pertama adalah Protestan yang mana?
Kalau mengenal GPIB, GKJ, GKP, GKI, GMIM, GMIT, barangkali mudah sebab mereka itu satu aliran. Begitu juga HKBP, GKPS, HKI, dan sebagainya. Akan tetapi, di luar itu ada ratusan aliran lain yang kita anggap Protestan, padahal mereka sendiri tidak senang dianggap Protestan dan ajaran mereka sudah jauh berbeda dengan Protestan.
Perpecahan gereja memang membingungkan. Sebenarnya, reformasi gereja oleh Luther sama sekali tidak bermaksud memisahkan diri. Pada awalnya pembaruan gereja itu dimaksud sebagai polemik teologis terbatas di kalangan akademik, namun kemudian meluas di masyarakat menjadi ajang kebencian. Salah satu pemicunya adalah karena tiap wilayah dan tiap kota di Eropa zaman itu dikuasai oleh raja setempat yang mengeruk uang sewa tanah para petani. Raja-raja ini saling bersaingan lalu mereka menghasut rakyat yang Katolik dan Protestan untuk saling berperang.
Melihat suasana kebencian itu para pemikir baik dari pihak Katolik seperti Erasmus, Cassander, dan lain lain, maupun dari pihak Protestan seperti Melanchton, Bucer, dan lain lain, berprakarsa mendamaikan kedua pihak yang bertikai. Berkali-kali mereka berunding selama berbulan-bulan pada tahun 1539, 1540, 1541, dan seterusnya, namun gagal karena para raja sarat dengan kepentingan masing-masing.
Pada abad berikutnya, baik di pihak Katolik maupun Protestan ada pemikir-pemikir yang beriktikad untuk mengubah ajaran gereja menjadi lebih moderat supaya Katolik dan Protestan mempunyai titik temu. Akan tetapi, usaha mereka dikalahkan oleh golongan yang justru mau membakukan ajaran menjadi kaku. Pola pikir konservatif (to conserve, mengawetkan) menyebabkan gereja menjadi tertutup bagi masukan dari gereja lain.
Salah satu tonggak paling penting dalam pembaruan gereja adalah Konsili Vatikan II (1962-1965) yang disiapkan oleh Paus Yohanes XXIII sejak awal masa jabatannya pada tahun 1958 untuk membawa gereja Katolik keluar dari jiwa Konsili Trente abad ke-16 dan Konsili Vatikan I supaya memasuki zaman baru. Begitulah Konsili Vatikan || ini menyikapi Gereja Protestan secara terbuka. Konsili Vatikan II ini menyebut Gereja Protestan bukan lagi sebagai "orang yang tersesat", melainkan sebagai "saudara-saudara yang terpisah, namun satu dengan Gereja Katolik dalam iman kepada Kristus". Lalu Konsili menyerukan umat Katolik untuk "bekerja sama dengan saudara saudara kita itu".
Empat tahun setelah konsili itu Paus Paulus VI mengunjungi pusat Dewan Gereja-Gereja se-Dunia (DGD) di Jenewa dan bertemu dengan wakil Gereja-gereja Protestan.
Diskusi teologis berlangsung terus. Setelah studi Alkitab bersama yang mendalam selama bertahun-tahun, pada tanggal 31 Oktober 1999 di Augsburg, Jerman, Gereja Katolik dan Gereja Lutheran (mengatasnamai Gereja-gereja Protestan) menyepakati "Pernyataan Bersama tentang Ajaran Pembenaran" yang telah dipertikaikan sejak abad ke-16. Dengan demikian, dihapuslah semua kutuk dan penolakan yang dulu dilakukan oleh kedua belah pihak (lih. "Tanggal 31 Oktober" di Selamat Berkiprah).
Sementara itu, di Indonesia kedekatan Katolik-Protestan terjadi sehari-hari di tingkat lokal. Seminari Katolik dan seminari Protestan bertukar guru dan akses lintas perpustakaan. Pakar biblika Katolik dan Protestan bersama-sama menafsirkan Alkitab secara historis-kritis tanpa dipengaruhi ajaran gereja mana pun. Terjemahan Alkitab BIMK (Bahasa Indonesia Masa Kini) dan TB1 serta TB2 (Terjemahan Baru) dilakukan secara bersama sehingga Katolik dan Protestan mempunyai Alkitab yang sama. Banyak umat Katolik membaca buku Protestan dan sebaliknya. Itu sekadar contoh.
Sebuah contoh lain adalah buku yang sedang Anda baca. Ini adalah buku pertama dalam sejarah BPK Gunung Mulia yang mendapat endorsement dari seorang imam Katolik sebagaimana tertera di sampul belakang buku ini.
Apa yang mendorong Gereja Katolik dan Protestan bersikap saling terbuka? Oleh karena kedua gereja itu ingin menaati doa Yesus, "... juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku melalui pemberitaan mereka, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku" (Yoh. 17:20-21, semua kutipan dari TB2).
Dasar doa Yesus adalah "supaya mereka menjadi satu". Sedangkan tujuannya adalah "supaya dunia percaya", tepatnya "supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku".
Lalu Yesus menggaris bawahi dasar permintaan-Nya, "... supaya mereka menjadi satu dengan sempurna" (ay. 23a). Tujuannya pun dipertegas, "... agar dunia tahu bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku" (ay. 23c).
Apakah Gereja Katolik dan Gereja Protestan sudah "menjadi satu" seperti didoakan oleh Yesus itu? Apakah Katolik dan Protestan sama? Ya ataukah tidak? Jawabnya adalah: Ya dan Tidak.
Ya! Katolik dan Protestan adalah gereja yang satu dan sama. Katolik dan Protestan mewarisi Alkitab yang sama dari Gereja Perdana dan kredo yang sama, yaitu Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel, dan Pengakuan Iman Athanasius. Sedikitnya 90% teologi Katolik dan Protestan adalah sama. Orang Katolik dan Protestan sama-sama mengikut Kristus sehingga sama-sama adalah orang Kristen yang terpanggil untuk berperilaku kristiani (perhatikan pemakaian dan penulisan yang benar, Kristen adalah nomina; kristiani adalah adjektiva dan ditulis tanpa kapital).
Tidak! Gereja Katolik dan Protestan tidak sama. Itu dua gereja yang berbeda. Beda tradisi. Beda aturan. Beda struktur. Beda kebiasaan. Beda karunia.
Itu dia! Beda karunia! Kristus telah memberi karunia yang berbeda beda kepada Gereja Katolik dan Protestan. Oleh sebab itu, kita saling belajar. Belajar dari keberbedaan kita masing-masing.
Menjadi satu bukan berarti tidak boleh berbeda. Kita berbeda, tetapi kita bersatu. Kita beragam, bukan seragam. Lain ladang lain belalangnya, lain lubuk lain ikannya, lain gereja lain pembaruannya.
Pembaruan gereja dirayakan tiap 100 tahun. Tahun 2017 kita rayakan genap 500 tahun. Perayaan 400 tahun tidak terlaksana sebab Perang Dunia I sedang berkecamuk. Perayaan berikutnya akan terjadi pada tahun 2117. Agaknya, tidak banyak di antara kita akan bisa merayakannya.
Sungguh bersejarah bahwa 500 tahun Reformasi Gereja bisa dirayakan bersama oleh Gereja Katolik dan Protestan. Orang Katolik dan Protestan sama-sama dikelilingi oleh "dunia membenci" (ay. 14) dan "dunia tidak mengenal Engkau" (ay. 25 dari Yoh. 17 tadi). Oleh sebab itu, orang Katolik dan Protestan sedang didoakan oleh Kristus, "supaya mereka semua menjadi satu" (ay. 21a). Kebersatuan Katolik dan Protestan itu dimaksudkan oleh Kristus "supaya dunia percaya" (ay. 21c).
Bahkan bukan sekadar "supaya dunia percaya", melainkan "agar dunia tahu... bahwa Engkau mengasihi mereka" (ay. 23c). Maksud Nya, bahwa "Allah begitu mengasihi dunia ini" (3:16).