AKU MAU HIDUP SERIBU TAHUN LAGI
Susan Hayward adalah bintang film top pada tahun 60-an. Pernah ia berperan sebagai wanita yang kena kanker otak dan bergumul dengan maut sambil merintih, "Aku ingin hidup!? Pernah pula ia berperan sebagai seorang napi yang kena vonis hukuman mati, lalu meronta dan berteriak-teriak, "Aku ingin hidup!"
Mengharukan bahwa ternyata akhirnya ia sendiri kena penyakit kanker otak dan di akhir hidupnya ia pun berteriak, "Aku ingin hidup!"
Buku biografinya mengabadikan teriakan itu sebagai judul, yaitu: I want to live!
Bukan hanya Susan Hayward, melainkan kita semua pun ingin hidup. Buktinya kita segera meloncat ke pinggir kalau melihat sebuah bis akan menyeruduk.
Sebenarnya bukan hanya ingin hidup, tetapi kita pun ingin mempertahankan hidup. Korban-korban kapal yang tenggelam selama empat hari empat malam berpegang kepada papan melawan gelombang laut. Untuk apa? Untuk mempertahankan hidup. Orang masuk rumah sakit, dibedah, disinar, diinfus, dan sebagainya. Untuk apa? Untuk memperpanjang hidup.
Kita ingin hidup. Tiap hari Minggu kita pun mengucapkan pengakuan iman: "... dan hidup yang kekal". Apa artinya? Banyak orang mengira bahwa hidup yang kekal adalah hidup sesudah meninggal dunia yang sifatnya baka.
Tetapi menurut Tuhan Yesus, "Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus" (Yoh. 17:3).
Apa artinya "mengenal Engkau" dan "mengenal Yesus Kristus"?
Dalam Alkitab kata "mengenal" bukan digunakan dalam arti mengetahui, seperti kita mengenal Pak RT. Di Alkitab "mengenal" berarti mempunyai hubungan yang khusus dan akrab. Jadi, hidup kekal adalah hidup dalam persekutuan yang benar dengan Tuhan. Sebagai konsekwensi logisnya, itu pun harus berarti hidup dalam persekutuan yang benar dengan orang lain. Karena itu, hidup kekal bukan pertama-tama menekankan pan jangnya waktu, melainkan mutu dan isinya hidup. Hidup yang kekal berarti hidup yang sejati atau hidup yang bermutu. Dari keempat ki tab Injil, yang paling menekankan hal itu adalah Injil Yohanes. Lamar Williamson dalam buku Preaching the Gospel of John menulis, "The life John is interested in is not primarily biological, nor is eternal life only chronological. For John life (zoe) is relational and qualitative. It signifies an intimate knowledge of God, available only through knowing Jesus Christ, God's only son, and it issues in abundant living."
Bilamana hidup yang sejati itu bisa terlaksana? Bukan nanti kalau sudah mati. Melainkan mulai dari sekarang ini, selagi kita berada di dunia ini. Di dalam Yohanes 14:7, Yesus berkata, "Sekarang ini ka mu mengenal Dia."
Mengapa sejak sekarang ini hidup yang bermutu itu sudah dapat dimulai? Karena hidup yang seperti itu terdapat dalam Yesus Kristus. Kristuslah yang memberi hidup itu. la berkata, "Akulah ... hidup." Oleh peristiwa Paskah, pemberian-Nya itu menjadi berlaku.
Dengan demikian, hidup kita mempunyai tujuan yang shidup berharga: Hidup untuk Tuhan dan hidup untuk orang lain, sebagai mana juga Tuhan hidup untuk kita dan orang lain hidup untuk kita. itulah tujuan hidup: Untuk saling hidup!
Kalau itu tujuan hidup, bukankah kita jadi bersemangat, dan hidup ini menjadi patut dihidupi atau worth living? Bukankah kita pun jadi ingin berteriak, "Aku ingin hidup!"
Bahkan, kalau hidup begitu berharga - walaupun banyak luka dan bisanya bukankah kita juga ingin hidup penuh semangat juang seperti Chairil Anwar: Luka dan bisa kubawa berlari. Berlari hingga hilang pedih perih. Dan aku akan lebih tidak peduli. Aku mau hidup seribu tahun lagi!!