MENERIMA PENERIMAAN
Ketika Yesus sampai ke tempat itu, la melihat ke atas dan berkata Zakheus segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu "Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita” (Luk 19.5-6).
Pada masa kini, salah satu tema paling populer dalam buku-buku psikologi modern adalah "penerimaan atau self-acceptance). Orang diajak untuk berdamai dengan dirinya sendiri menerima kelebihan dan kekurangannya, lantas melangkah maju dengan seluruh plus dan minus hidupnya itu. Syukur-syukur ia bisa mengembangkan kelebihannya dan menutupi kekurangannya.
Terlepas dari kebaikan yang telah disumbangkan banyak buku psikologi modern itu, salah satu kritik pendekatan ini adalah antroposentrisme, yaitu pemusatan pada manusia yang berlebihan. Manusia dianggap mampu memulai dan memutuskan perjalanan panjangnya dalam menerima diri sendiri. Di dalami iman Kristen, penenamaan-diri ternyata tidak bisa dilepaskan dari penerimaan Allah atas orang tersebut. Dan inilah wilayah yang tidak terjamah dalam perbincangan psikolog modern tersebut. "Kita dapat dan harus menerima diri sendiri semata-mata karena Allah sudah menerima kita terlebih dahulu."
Dalam bukunya The Courage to Be (1952) Paul Tillich menegaskan bahwa titik terpenting dalam proses penerimaan diri adalah menerima kenyataan bahwa ia memang diterima oleh Allah. Tanpa menerima penerimaan (accepting-acceptance) ini seseorang tak mungkin bisa menerima diri sendiri, apalagi menerima orang lain. Dalam bahasa Kristiani kita mengenal penerimaan ilahi ini sebagai pengampunan dosa. Dalam hal ini anugerah merupakan kata paling pas untuk menjelaskan penerimaan ilahi atas hidup manusia itu, terlepas dari menggelembungnya dosa.
Memperjuangkan proses penerimaan-diri tanpa menerima kenyataan bahwa ia sudah diterima oleh Allah hanya akan membawa seseorang ke dalam sebuah perjalanan palsu. Kita dapat dan harus menerima diri sendiri semata-mata karena Allah sudah menerima kita terlebih dahulu. Tidak ada doktrin, ritus atau hukum rohani mana pun yang menyediakan penerimaan ilahi ini. Mengapa? Sebab, penerimaan ilahi atas hidup manusia berdosa ini hanya mungkin terjadi lewat perjumpaan pribadi-dengan-pribadi itulah sebabnya pengampunan dosa di dalam kekristenan, senantiasa menukik pada sebuah pribadi yang ilahi sekaligus insani Yesus Kristus.
Dialah Allah yang menerima manusia, sekaligus manusia yang menerima penerimaan Allah. Di dalam Kristuslah, Anda dan saya memperoleh jalan masuk untuk menerima penerimaan ilahi menerima diri sendiri dan akhirnya menerima orang lain.
Inilah sesungguhnya yang terjadi dalam perjumpaan Yesus dan Zakheus. Si pemungut cukai kecil ini menerima Yesus dengan sukacita (ay. 6) setelah ia diterima oleh Yesus (ay 5), terlepas dari menggunungnya dosa dari kesalahan Zakheus. Peristiwa menerima penerimaan ini-uniknya-berlangsung ketika Yesus menawarkan diri untuk menjadi tamu di rumah Zakheus. Pada saat itulah, Yesus Sang Tamu yang diterima oleh Zakheus, berubah menjadi Yesus Tuan Rumah yang menerima Zakheus. Kini, dengarkanlah suara Yesus yang juga berkata kepada Anda, "... hari ini Aku harus menumpang dirumahmu." Dan terimalah penerimaan ilahi itu.