MELIHAT SINGA DI DALAM SEBONGKAH BATU
Allah melihat bahwa semuanya itu baik. (Kej. 1:10)
Suatu kali, seorang anak kecil dengan penuh kekaguman bertanya pada seorang pematung, "Bagaimana caranya, Bapak bisa menciptakan patung singa dari batu yang sangat indah ini?" Lalu, dengan bijak, sang pematung menjawab, "Ketika mulai memahat sebongkah batu, saya melihat seekor singa di dalamnya. Saya hanya mengeluarkan singa itu dari bongkahan batu itu."
Melihat singa di dalam sebongkah batu!
Makna hidup sangat ditentukan oleh bagaimana kita melihat seluruh kenyataan. Melihat (contemplate) merupakan sebuah tindakan iman, yang percaya bahwa ada kebaikan yang mendalam dan indah di balik semua kenyataan telanjang yang tampak. Melihat juga merupakan satu dari tindakan-tindakan Allah yang pertama kali dicatat di dalam Alkitab. Setelah Allah menciptakan unsur-unsur semesta, la "melihat bahwa semuanya itu baik." (Kej. 1:4, 10, 12, 18, 21, 25). "Melihat dengan mata ketiga, mata iman, berarti melihat kebaikan di balik dan di dalam semua yang tampak depan mata..."
Dunia memang tampak makin menggelisahkan untuk ditinggali. Penderitaan menjadi berita sesehari yang memasuki indra: Penglihatan serta pendengaran dan bahkan pikiran serta hati. Akan tetapi, setiap pegiat sosial diundang untuk tetap beriuang mendatangkan kesejahteraan, perdamaian, dan keadilan. Dan perjuangan seperti ini tentulah bakal luruh dengan cepat jika kita punya kemampuan dan kemauan untuk melihat realitas iman, yaitu, berusaha melihat kebaikan Allah di dalam dan di semua realitas yang sangat mungkin buruk itu.
Victor Frankl, seorang Yahudi yang pernah mengalami kepahitan hidup di kamp tahanan Nazi, berkisah tentang pilihan yang diambilnya untuk bertahan hidup di dalam situasi ekstrem yang sangat mungkin menghancurkan martabat kemanusiaannya itu. la memilih untuk melihat kebaikan di dalam peristiwa-peristiwa kecil di dalam keseharian hidup yang menyedihkan itu. Frankl berkisah tentang seorang tahanan yang rela memberikan satu-satunya roti yang dimilikinya kepada sesama tahanan. Atau, seorang prajurit NAZI yang memberi bubur sedikit lebih banyak kepada seorang tahanan Yahudi yang tua. Ternyata, masih saja ada kebaikan yang muncul di dalam samudera penderitaan.
Melihat dengan mata ketiga, mata iman, berarti melihat kebaikan di balik dan di dalam semua yang tampak di depan mata; sama seperti Tuhan yang melihat kebaikan di balik dan di dalam semua yang diciptakan-Nya. Namun, melihat dengan mata iman juga berarti melihat masa depan yang melampaui kenyataan masa kini. Spiritualitas semacam inilah yang muncul di dalam Wahyu 21, ketika Kristus mengundang semua manusia, "Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu barul" (Why. 21:5). Selalu ada yang baik dan yang baru di dalam dan di balik sema yang tampak di depan mata. Belajarlah, untuk mampu melihat seekor singa di dalam sebongkah batu.